Saturday, 6 April 2013

Indonesian Coffee Festival 2012


Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Ada banyak jenis kopi asli negeri ini yang memiliki karakteristik unik. Karena itulah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)  mempromosikan kopi nusantara lewat Indonesian Coffee Festival (ICF). ICF diselenggarakan di Ubud, Bali, pada 15-16 September 2012 tepatnya di Museum Puri Lukisan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. 
Di tahun keduanya, pengunjung yang hadir dalam festival akan melihat dan mengetahui kopi mulai dari hulu sampai ke hilir (workshop), yaitu mulai dari kopi saat penanaman sampai kopi sampai disuguhkan dalam cangkir. Sementara pilihan Ubud sebagai tuan rumah festival kopi tersebut  karena telah menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia. Selain itu, pihak panitia juga akan mengadakan tur ke perkebunan kopi di Kintamani, Kabupaten Bangli. Sebelumnya juga sudah dilangsungkan acara Road to ICF di Bandung. Ternyata dengan rangkaian acara yang begitu menarik mampu menarik minat sekitar 10.000 pengunjung.


Saat ini, Indonesia menempati urutan keempat sebagai penghasil kopi terbesar di dunia. Luas perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar. Area ini tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, hingga Papua. Total ada 14 daerah penghasil kopi unggulan dengan karakteristik yang berbeda-beda.

"Kami berharap ICF dapat membuat kopi khas Indonesia, seperti kopi tubruk, dikenal masyarakat luas. Selain itu, kami juga menginginkan terjalinnya hubungan saling menguntungkan antara komunitas hulu dan hilir dari kopi Indonesia," ujar Wakil Menteri Parekfraf Dr. Sapta Nirwandar saat konferensi pers.



Festival ini merupakan hasil kerja sama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemkab Gianyar, Kerajaan Ubud, Asosiasii Kopi Spesial Indonesia, Komunitas Kopi, dan Blogger Kopi. Komunitas hulu dan hilir adalah pihak-pihak yang berperan dalam produksi hingga konsumsi kopi. Petani, pabrik, distributor kopi, distributor mesin dan peralatan, produsen keramik untuk cangkir kopi, dinas pariwisata daerah, serta kamar dagang dan industri adalah beberapa kelompok yang akan turut serta dalam ICF. Spa dan chef yang menggunakan kopi juga akan diajak bekerja sama.

Menurut Sapta, tujuan dari acara ini adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat kopi dunia. Kemenparekraf juga ingin memasukkan agrowisata kopi sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan. Tak hanya itu, kuliner kopipun akan dijadikan gaya hidup sebagai bagian dari ekonomi kreatif. Untuk mewujudkan hal ini, Kemenparekraf bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar, Kerajaan Ubud, Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, serta komunitas dan blogger kopi.

"Kopi adalah komoditi bernilai tinggi. Kita ambil contoh 1 juta orang Eropa yang datang ke Indonesia setiap tahunnya. Mereka punya kebiasaan meminum kopi 3-5 kali sehari. Bayangkan nilai konsumsi kopi saat mereka bertandang ke Indonesia. Belum lagi jika ditambah dengan wisatawan dari negara lain, nilai ekspor, dan sebagainya," kata Sapta.

Ellyanthi Tambunan, direktur pelaksana ICF, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia kurang mendapat edukasi tentang kopi. Ia mencontohkan Cina sebagai negara peminum teh yang baru mencoba beralih ke kopi. "Cina mengambil bibit kopi dari Lampung untuk ditanam di sana. Mereka saja yang baru merintis sudah berani mengadakan festival kopi. Mengapa Indonesia tidak?" tegasnya. Ia berharap dengan adanya ICF, pengusaha-pengusaha kopi kecil juga dapat bermain di pasar internasional seperti pengusaha besar.









No comments:

Post a Comment